Selasa, 27 November 2012

Wisata Kota "Hongkong dan Macau" Part 1

Kalau bicara tentang destinasi wisata pantai atau gunung memang Indonesia tetap yang paling top menurut saya, tapi pernah nggak sih mendengar "Wisata Kota"? Ya kalau belum pernah mendengar mari saya kenalkan, jadi wisata kota ini adalah mengunjungi destinasi wisata yaitu Kota. Jadi misal kalau di Indonesia ya wisata kota-nya itu ya Jakarta, Surabaya, ya yang kota-kota gede lah. Nah untuk masalah wisata perkotaan ini memang tidak menjadi andalan di Indonesia, beda segmentasi. Oleh karenanya salah satu tujuan saya traveling ke hongkong dan macau ini untuk berwisata kota.

Ini merupakan solo trip saya ke luar negeri. Berangkat dari Medan (20 Februari 2011) dengan tiket promo Air Asia Rp 0, kebetulan dapat tiket promo gara-gara AA lagi buka rute baru Medan - Hongkong. Tentu tak boleh di sia-siakan dong. Sebenarnya sih rencana awalnya mau berangkat berdua sama temen namun berhubung temen saya ini kehilangan dompetnya sewaktu di Penang (tulisan sebelumnya) jadilah temen saya ini memutuskan membatalkan rencananya ke hongkong dan macau dan tersisalah saya seorang diri. 

Pesawat berangkat dari bandara Polonia Medan pukul 13.00 WIB, dan kemudian sampai di Hongkong International Airport (HKIA) pukul 19.00 waktu setempat. Berhubung hari sudah gelap dan sama sekali ngeblank tentang hongkong karena baru pertama kali dan sendiri lagi, walaupun sebelumnya sudah riset tentang itenary dan macam-macamnya tetap saja realitas di lapangan bisa berbeda 180 derajat , ya walaupun setidaknya dengan bekal riset bisa meminimal ketidaktahuan kita. Malam ini saya putuskan untuk menginap di airport saja, sengaja saya nggak keluar international area dan belum mengurus imigrasi. Kalau pernah nonton film "The Terminal", Nah itu yang saya lakukan untuk malam itu yaitu tidur di kawasan internasional sebelum pengecekan imigrasi. HKIA ini luas jadi ya sembari menunggu ngantuk saya jalan berkeliling. Disini banyak yang jual makanan, restoran-restoran jadi aman kalau mau makan. Berhubung saya juga belum ada duit dollar hongkong. Saya akhirnya mengambil dari atm yang ada di kawasan ini menggunakan kartu debit mandiri. Sebagai jaga-jaga langsung ngambil banyak aja HKD 1000, soalnya kena potongannya kan lumayan Rp 25.000 jadi kalau mau ngambil duit sekalian yang banyak saja.

Hongkong International Airport (HKIA)
Setelah berkeliling saya menemukan pojokan yang pas, ada kursi panjang, tempat nyargher hp, okelah segera diklaim menjadi daerah kekuasaan. Letakan tas, hp di charge, menghabiskan waktu dengan browsing-browsing info-info tentang hongkong. Di tempat ini ternyata yang menginap tidak saya sendiri, banyak orang lain dan kebanyakan traveler macam saya ini ternyata. Sempat ngobrol juga, Ehh.. dikiranya saya orang Philipina, whahaha mirip-mirip sih tapi beda. 

Pukul 05.00 pagi saya putuskan untuk keluar dari bandara. Untuk menuju imigrasi saya sengaja ikut rombongan penumpang pesawat yang baru turun dan menuju imigrasi, ya biar membaur gitu kelihatannya padahal juga nggak tahu pesawat tadi darimana. Cek mengecek pasport dan terstempel sudah paspor saya oleh imigrasi hongkong, untuk keimigrasian memang kita udah nggak perlu pakai visa-visaan lagi cukup modal paspor aja. Begitu pula untuk ke macau dan schenzen, walaupun sebenarnya ini termasuk wilayahnya China tapi khusus tiga kota itu nggak perlu ngurus visa lagi. Kita butuh visa baru kalau mau ke china daratan seperti bejing, shanghai dan lain-lain. Pas keluar dari imigrasi saya baru sadar ternyata bagasi para penumpang pesawat itu ngambilnya setelah ngurus keimigrasian, beruntung saya cuma bawa satu backpack yang bisa masuk kabin jadi nggak ada bagasi. Kalau ada bagasi kan susah nginep di kawasan internasional tadi, bisa juga sih tapi nanti ngurus bagasinya di custom, tapi ya sedikit ribetlah.

Keluar dari bandara saya segera menuju loket bus untuk menuju ke kota. Sebenarnya ada pilihan kereta juga sih, tapi saya lebih memilih bus karena harganya yang lebih murah. Saya beli ke arah Hong Nam, karena harganya paling murah diantara semuanya yaitu HKD 33, lagian semua kota-kota yang ada di list belum pernah kesana semuanya. Yang saya pikirkan adalah ke stasiun MRT terdekat karena menggunakan MRT itu lebih mudah untuk membaca peta kota daripada menggunakan bus. Berhubung busnya tingkat jadi langsung ngembil yang di tingkat dua dan duduk paling depan, sekalian ngelihat pemandangan dong. 10 menit - 15 menit dan zzzz zzz...Tiba-tiba mas-mas kondektur bus nepuk-nepuk pundak, ternyata udah sampai di pemberhentian terakhir bus. Nah lo, dimana gue sekarang? clueless banget lah, intinya sih di Hong Nam, tapi sebelah mananya? segera saja tanya orang yang sedang lewat dimana stasiun MRT terdekat. Memang sistem transportasi di hongkong sudah bagus sih ya, jadi terminal akhir tempat saya berhenti tadi memang dekat dengan stasiun MRT Hong Nam juga, dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki saja. Segera saja meluncur ke stasiun MRT tersebut, kalau sudah di MRT berasa tenang deh karena saya sudah print rute dan peta MRT itu sebelumnya.

Jalanan masih sepi di pagi hari
Sampai di stasiun saya langsung beli kartu MRT yang namanya Octopus, nah untuk kartu ini emang ada dua pilihan yaitu khusus wisata atau buat warga sehari-hari. Saya belinya sih yang untuk warga, harganya HKD 150, nggak ditanyain apa-apa sih cuma bilang mau beli octopus terus saya kasih duit cash HKD 150 langsung aja dikasih kartu itu. Sebelumnya sih emang udah browsing mengenai harganya. Oke, octopus udah di tangan saatnya memulai penjelajahan. Tujuan pertama saya adalah Tsim Sha Tsui, disana ada avenue of star dan dekat lagi dengan penyeberangan ke Macau, jadi ya sekalian aja maksud saya. Tak lupa saya beli Sim Card buat telepon seharga HKD 88 di seven eleven, saya beli sim card karena emang butuh buat menghubungi host saya yang ada di macau.


 

Avenue of Star, Tsim Sha Tsui

Turunlah saya di stasiun MRT Tsin Sha Tsui East dari Hing Nam tadi, berkeliling menyusuri jalanan Tsin Sha Tsui. Memang hongkong ini mirip yang di film-film silat jackie chan atau jet lee itu. Gedung-gedung pencakar langit dimana-mana. Pagi itu kabut cukup tebal dengan suhu udara yang cukup dingin yaitu kurang dari 15 derajat celcius. Ya untuk orang troopis yang biasa berpanas ria, cuaca segitu cukup dingin juga apalagi masih siang hari. Saya berjalan kaki menuju ke Avenue of Star, yaitu daerah bintang film lah istilahnya, dimana disana ada jejak-jejak kaki pemain film ternama. Yang saya kenal ya jet lee, padahal cukup banyak disana tapi nggak ada yang familiar. Sembari jalan-jalan ternyata disana ada spot tourist information ceter-nya. Kebetulan sekali, sekalian saja saya ambil beberapa tourism map yang ada disana, lumayan buat bekal perjalanan berkeliling hongkong. Jadi daripada nggak tahu harus kemana, ya saya ikutin apa saja yang ada di tourism map tersebut.

Tsim Sha Tsui Area

Tsim Sha Tsui
Puas menyusuri daerah Tsim Sha Tsui, saya kemudian menuju pelabuhan ferry yang letaknya tak jauh juga dari situ. Saat itu masih pukul 11.00 pagi. Tapi ya nggak masalah lah, hari ini memang malamnya saya berencana nginep di macau baru kemudian besoknya nginep di hongkong-nya. Ada banyak jadwal perjalanan ferry dari hongkong ke macau ini, hampir tiap jam sepertinya. Harganya HKD 134, ya sekitar Rp 150.000 dan semakin malam jadwal ferrynya harganya semakin mahal. Perjalanan dengan ferry ini memakan waktu 1 - 1,5 jam. Sampailah saya di pelabuhan macau pukul 12.15. Oh ya, untuk menuju macau kita harus berurusan dengan imigrasi lagi. Walaupun sama-sama daerahnya China tapi punya otoritas masing-masing.

Ferry Hongkong - Macau
Nah, dari pelabuhan untuk menuju ke kota bisa menggunakan bus. Tapi pas saya browsing-browsing ada trik supaya bisa ke kota tanpa naik bus dan gratisan yaitu naik mobil free shuttle, mobil ini biasanya untuk tamu hotel dan casino yang ada disana. Terus bagaimana kalau kita bukan tamu hotel disana? Tenang, cukup modal tampang kaya saja dan bertingkah laku berlagak tamu hotel, nggak usah banyak tanya langsung naik free shuttle-nya aja. Yang saya naiki adalah free shuttle menuju hotel Grand Lisboa, yaitu hotel dan casino terbesar di macau. Ada juga hotel wynn dan hotel-hotel lain. Tapi saya yang Grand Lisboa saja ah, sekalian. Nah dengan mobil ini ternyata saya langsung menuju kota tepat di Grand Lisboa itu berada dan diturunkan tepat di pintu hotelnya. Berhubung saya hanya tamu pura-pura saja, jadi ya setelah turun dari mobil bukannya masuk hotel tapi malah keluar ke parkiran. Masa bodoh dilihatin satpam hotelnya, yang penting gratisan. hehehehe

Free Shuttle menuju kota
Wisata di macau ini penuh dengan hedonisme, tak salah kota ini dijuluki Las Vegas-nya asia. Berpuluh-puluh casino ada disini, yang paling gede sih Grand Lisboa, biasanya casino ini menyatu dengan hotel jadi misal Hotel Wynn dia punya casino sendiri, juga hotel-hotel lainnya.Tentunya tak lupa saya juga masuk ke casino yang ada disana, beberapa saya masuki dan yang paling gede itu Grand Lisboa, di dalam casino ada larangan nggak boleh ngambil foto. Tapi ya curi-curi dikit pake kamera hape akhirnya bisa juga dapat foto pas lagi di dalam. Di Grand Lisboa ini casinonya bertingkat-tingkat jadi tiap tingkat penuh dengan permainan judi. Ya mirip-mirip ama yang di film "God of Gambler" secara shootingnya juga disini..heuheu

 


Setelah berjam-jam keliling casino saatnya mencari udara segar, saya menuju Senado Square, ini adalah salah satu tujuan wisata di macau juga. Di senado square kita bisa lihat sisa kejayaan portugis. Disana ada Ruins St. Paul's, S Dominggo Church dan sebagainya. Kawasan ini ramai penuh dengan wisatawan, hilir mudik kesana kemari. Saya ambil tempat dipojokan, ada kursi yang kosong, lumayan istirahat bentar sembari melihat lalu lalang orang-orang yang lewat. Ngelihat orang lewat bikin lapar ternyata, ya udah deh cari restoran terdekat. Mau makan di McD atau KFC tapi kok terlalu mainstream ya. Baiklah, biar nggak mainstream saya coba restoran yang tampak chinese banget. Dan pas dikasih menu, Ohhh Nasdeemn...!!! menunya huruf china semua, waduh mau keluar udah nggak enak, ya udah deh, Ini mas saya asal tunjuk aja, Bismillah semoga bukan babi, tapi kalau babi semoga saya nggak tahu. Dan datanglah makanan yang saya pesan tadi, nggak tahu itu namanya apa, bahan-bahannya apa, pokoknya nggak tahu dan nggak mau tahu..

Entah apa nama makanan ini

Senado Square

Ruin's St Paul
Di macau saya menggunakan jaringan silaturahmi couchsurfing.org untuk mendapatkan tempat inapan. Lumayanlah bisa ngesave budget hotel dan bisa mengenal lebih dekat tentang kebudayaan dan kehidupan warga setempat. Saya janjian ketemuan sama host saya di Senado Square yang awalnya jam 20.00 tapi tiba-tiba dia meng-sms saya kalau masih bekerja dan baru bisa ketemu pukul 22.00. Ya nggak papalah, udah diberi tumpangan gratis ini, terima apa adanya. Alhasil, sembari menunggu waktu saya kembali ke Grand Lisboa saja menikmati casino malam-malam. Dan gemerlap duniawi memang tampak jelas disini, dimana-mana keglamouran yang saya lihat, lampu-lampu nyalanya berpijar-pijar, air mancur dengan sorotan cahaya lampu menambah gemerlap suasana malam.


Grand Lisboa Casino
Akhirnya setelah menunggu tidak berapa lama saya ketemu dengan host saya di daerah Senado Square, kemudian diajaklah saya ke apartemenya. Nggak jauh juga sih, bisa ditempuh dengan jalan kaki. Host saya ini seorang wanita paruh baya, mungkin berusia 30an dan setelah ngobrol kesana kemari saya baru tahu kalau ternyata host saya ini bekerja di casino. Di Grand Lisboa yang saya datangi tadi, mungkin saja tadi ketemu tapi kan belum kenal..hehehe. Akhirnya setelah sampai di apartemennya, saya bisa mandi juga. Hampir dua hari nggak mandi saya, sejak berangkat dari medan baru mandi di macau. Sebagai backpacker ya wajarlah, walau airnya dingin menusuk tulang tapi segarnya minta ampun.

Sembari menonton TV kita saling ngobrol tentang macam-macam, mulai pekerjaan di casino, CS di macau, wisata-wisata disana, dan lain-lain. Berhubung waktu sudah larut malam dan badan juga sudah capek akhirnya ngobrolnya dilanjutkan besok, Saatnya tidur...!!!

Ceritanya bersambung ke part 2

Selasa, 20 November 2012

Liburan Ke Pulau Penang

Kamis, 17 Februari 2011 

Sore yang melelahkan, setelah berkejar-kejaran dengan jadwal pesawat dari KLCC menuju Penang karena keasyikan di petrosains, namun beruntung bagi kami karena pesawat tersebut masih dapat terkejar, hampir saja harus merubah itenary perjalanan menggunakan jalur darat jika gagal atau terlambat naik pesawat. Sekitar pukul 18.00 pesawat kami mendarat di bandara penang, Bandaranya cukup kecil untuk kaliber internasional. Matahari juga masih nampak terang, di penang maupun malaysia menggunakan daylight saving sehingga matahari baru terbenam sekitar pukul 19.00. 

Dari bandara langsung menuju keluar tanpa melalui imigrasi soalnya pesawat kita dari Kuala Lumpur jadi termasuk penerbangan domestik. Sampai di depan bandara kita coba mencari tourist information center dulu, siapa tahu ada informasi-informasi yang berguna nantinya. Dan disana kita dapat penang tourism map yang menjadi panduan kita untuk menyusuri pulau penang. Keluar dari bandara tidak sulit untuk menemukan bus menuju george town, bisa tanya ke information center atau orang yang lewat, rata-rata mereka bisa bahasa inggris atau melayu.


(a) peta yang didapat di bandara (b) suasana bus sore hari

Bus dari Bandara menuju george town seharga Rm 2.7. Di sepanjang jalan bus ini cukup ramai penumpang , dimana kebanyakan penumpangnya adalah orang-orang yang baru balik dari kantor. Seiring tenggelamnya matahari, sampailah kita di terminal bus george town. Disini ada bus yang free untuk keliling kota, kita coba untuk menaiki free bus ini dan melihat rutenya melalui gps yang ada di hp. Jadi kita naik free bus dari terminal awal sampai terminal akhir, ya mumpung gratisan, setelah sampai di terminal terakhir lupa apa namanya kita istirahat untuk makan malam di dekat terminal bus tersebut. Selesai makan malam lalu kembali ke terminal terakhir free bus tadi dan naik lagi kembali ke terminal george town dengan bus yang sama. Sekedar info aja, free bus ini memang disediakan untuk keperluan wisata. Jadi kita dapat keliling dengan bus  di area goerge town secara gratis. 

Kamar Hotel
Untuk penginapan kita sudah mempersiapkan sebelumnya dengan melakukan booking hotel melalui agoda.com di area george town dengan harga Rp 200.000 untuk double room. Nah untuk menuju hotel , kita mengandalkan gps di hp, dimana kita lihat pada perjalanan free bus . Dan saat bus melewati jalan terdekat dengan lokasi hotel kami, kemudian kami berhenti di halte terdekat kemudian menuju hotel dengan berjalan kaki sembari menikmati suasana malam di George Town.


Jumat, 18 Februari 2011
Pagi hari sekitar pukul 08.00 kita turun dari kamar dan menuju ruang breakfeast, jadi hotel yang kami pesan sudah include breakfast ceritanya, ya walaupun cuma roti selai tapi lumayanlah buat ganjal perut di pagi hari. Tak ingin menghabiskan banyak waktu di hotel, kita segera melangkahkan kaki keluar untuk mencari persewaan sepeda motor terdekat. Kebetulan di Penang cukup banyak yang menyewakan sepeda motor jadi tinggal pilih saja. Kami mendapatkan sepeda motor yang pakai gigi kopling dengan harga Rm 25, disana harga sepeda motor yang automatic lebih mahal. Untuk masalah SIM dan STNK jangan khawatir, di SIM kita (SIM A atau SIM C) beruntung ada tulisannya driver license jadi tinggal tunjukin aja ke rental motornya SIM kita, kan mereka juga nggak tahu yang SIM A buat mobil atau SIM C buat motor yang penting ada tulisan driver license itu yang penting. Sedang untuk STNK tidak seperti di kita yang ada suratnya tersendiri, disana STNK ini biasanya nempel di dalam jok sepeda motor.

 Komtar Area

 Suasana jalanan yang tampak lengang



 George Town

Fort Cornwallis
Berbecak Ria di George Town
Dengan sepeda motor inilah kita susuri tourism map yang kita dapat di bandara kemarin, semua yang ada tanda bintangnya (tempat wisata) kita datangi. Jadi kalau george town ini semacam kota tua gitu, titik-titik penting yang dikunjungi ya seperti city hall, menara jam, dan bangunan-bangunan peninggalan kolonial lainnya. Jadi disini itu tempatnya cukup bagus untuk melihat bangunan dan peninggalan - peninggala masa - masa kolonialisme. Bangunan -bangunan khas eropa yang gagah dan mewah yang terkesan akan kuat dan kokohnya.


Disana ada juga becak ternyata, dan tampak banyak wisatawan yang menggunakan jasa becak ini. Tapi berhubung kita sudah ada motor, jadi ya nggak perlu lagi menggunakan becak. Ini buat orang - orang yang berkeliling George Town tapi nggak ada kendaraan maka becak menjadi salah satu alternatif yang menarik untuk dicoba. Dan karena Penang ini sebenarnya kan kota kecil saja, jadi tampak rapi terutama di kawasan george town-nya ini. Dan memang kalau diperhatikan, kawasan ini diperuntukan khusus untuk daerah wisata sih sepertinya.

Puas mengelilingi George Town dan waktu masih menunjukan pukul 11.00 siang, akhirnya kita putuskan untuk berkeliling pulau penang. Awalnya kita menuju Batu Ferighi terus lanjut susur pantai menuju balik pulau dan kembali berputar ke arah Komtar dan tak lupa kita singgahi tempat-tempat wisata yang ada di sepanjang jalan, ya nggak masuk juga sih cuma foto-foto di depan.

Menjelang sore kita pergi ke temple terbesar di Penang yaitu Kek Lok Si, awalnya kita mau ke bukit bendera dulu tapi apa mau dikata, bukit benderanya lagi under maintenance, jadi aja deh kita gagal menuju bukit bendera ini. Ya sudah akhirnya kita langsung menuju Kek Lok Si ini untuk menuju temple ini susah-susah gampang, berhubung kita pakai sepeda motor ya petunjuk utama kita ada di plang-plang jalan raya. Dan ini cukup membantu kok, walaupun sedikit tersasar dan akhirnya bertanya pada orang juga kuil Kek Lok Si ini berhasil kita temukan.

Pemandangan Sewaktu mencari kuil Kek Lok Si

Ternyata di dalam kuil itu disediakan makanan, wah pas banget nih belum makan dari pagi soalnya. Sarapan juga cuma selai roti dari hotel yang nggak mengenyangkan sama sekali. Jadi kesempatan ini tidak boleh disia-siakan. Oh ya tenang aja mengenai makanan di kuil ini soalnya makanannya vegetarian jadi nggak ada daging babi atau sejenisnya, aman di konsumsi buat yang muslim. Kita berkeliling kuil yang cukup besar ini hingga matahari menjelang terbenam. Berikut foto - foto di Kek Lok Si temple






Pemandangan dari Kuil Kek Lok Si

Dan saat matahari sudah berubah menjadi mega merah, kita putuskan untuk kembali ke kota, ke daerah George Town. Saatnya menikmati kuliner disana, kita coba masakan kari-kari India yang bumbunya wah banget lah penuh rempah-rempah.

Ini dia masakan khas India di pulau pieang

Naas bagi teman saya karena sepulang dari makan dia sadar kalau dompet di sakunya telah raib, beruntung pasport tidak diletakan di dompet jadi masih sedikit aman tapi kan di dompet ada kartu-kartu macam ktp, sim, bank-bank yang lumayan malas juga harus ngurus kembali satu persatu. 

Setelah kita mencari-cari sepanjang jalan siapa tahu terjatuh mulai dari tempat makan hingga tempat kita rental motor, siapa tahu tertinggal disana. Ternyata hasilnya nihil, jadi ya terpaksa di ikhlaskan saja. Dan ini malam terakhir kita di Penang, besok flight menuju medan sekedar transit untuk destinasi selanjutnya yaitu Hongkong.

Pengeluaran selama di Penang :

Kamis, 17 Februari 2011
Bus Bandara ke George Town = Rm 2,7
Makan malam = Rm 5
Subtotal = Rm 7,7

Jumat, 18 Februari 2011
Sewa Motor = Rm 25 (12,5/orang)
Bensin = Rm 4 (2/orang)
Makan siang = Rm 4,9
Starbuck coffee = Rm 6,9
Makan malam = Rm 7,8
Subtotal = Rm 33,5

Sabtu, 19 Februari 2011
Taxi George Town ke Bandara = Rm 35 (17,5/org)
Subtotal = Rm 17,5

Total pengeluaran selama di Penang Rm 58,7. Dengan kurs Rm 1 = Rp 3.000 maka selama 3 hari dua malam di penang menghabiskan budget sebesar Rp 176.100 ditambah penginapan di hotel dua malam Rp 200.000/orang maka total budget berkeliling pulau penang Rp 376.100